Kesaksian Bang Onim atas Kekejaman Zionis Israel: Semua Nungu Giliran Mati

Cerita Bang Onim
Bang Onim menyetir mobil kesehatan saat masih bertugas di Gaza. (nataindonesia/tangkap layar yt Bang Onim)

Bang Onim, sapaan akrab Abdillah Onim, salah satu aktivis solidaritas kemanusian asal Maluku yang bertugas di Gaza adalah saksi mata peperangan di Palestina yang meletus 7 Oktober 2023. Ia bersama anak dan istrinya berhasil selamat keluar dari Gaza hingga tiba di Indonesia.

Bang Onim, memberikan gambaran situasi gaza yang sangat mencekam. Bagaiaman Kekejaman Zionis Israel membantai warga palestina dengan sangat bringas dan keji. Mulai dari anak-anak, perempuan dan seluruh orang yang ada dalam area Gaza tanpa pandang bulu.

Tidak ada tempat berlindung yang aman bagi warga Palestina. Semua nasibnya sama, seakan hanya tinggal menunggu giliaran untuk menyusul kematian ribaun warga yang sudah lebih dulu meninggal dibantai Zionis Israel.

“Saya tidak percaya bisa selamat dan masih hidup,” kata Bang Omin kepada Deddy Corbuzier saat diundang dalam podcast Closethedoor, tayang youtube pada Rabu 15 November 2023.

Menurut kesaksian Bang Onim, kebengisan Zionis Israel sudah di luar batas nurani manusia. Mereka tidak peduli lawannya sipil, baik itu anak-anak, perempuan, bahkan hingga bayi sekalipun mereka bantai tanpa peduli.

Baca Juga:  LIDS: DLH Sumenep Buang-Buang Anggaran

“Itu bukan lagi kekerasan kemanusian, tapi sudah genosida,” ujar Bang Onim.

Zionis Israel terus merangsek masuk ke berbagai wilayah Gaza. Mereka tidak segan menargetkan roketnya ke pemukiman warga hingga rumah sakit Assifa. Fasilitas kesehatan yang semestinya tidak boleh diserang saat perang. Tapi Zionis membabi buta, tidak peduli hukum internasional itu!

Kebengisan Zionis Israel yang paling kejam adalah menuding Rumah Sakit Assifa di Gaza sebagai persembunyian Hamas. Dengan alasan itu mereka membatai semua tenaga kesehatan, pasien bahkan hingga bayi.

Padahal, sebelumnya Israel telah memblokade pasokan listrik dan bantuan masuk ke Gaza. Akibat hal itu, RS Assifa sudah kekurangan obat-obatan untuk merawat pasien sipil akibat perang.

“Mereka tenaga medis di sana melakukan bedah dan menjahit tanpa pasien diberi obat bius. Setelah dijahit mereka juga tidak ada obat, pasokan listrik juga sudah putus, inkubator bayi tidak berfungsi banyak mati. Masih ditambah dengan dibom,” terang Bang Onim.

Baca Juga:  Viral Umat Kristiani Dilarang Ibadah saat Rayakan Natal

Dua pekan lalu, Israel Defence Force (IDF) sempat mebagikan selebaran imbauan kepada warga palestina untuk segera mengungsi ke bagian selatan. Ternyata, menurut Bang Onim, hal itu hanyalah tipu muslihat Zionis Isarael. Pasalnya, jalur Gaza menuju selatan sangat dijaga ketat. Siapapun yang lewat pasti ditembaki. 24 Jam Pesawat tempur Israel memantau dari atas dan sniper juga mengintai.

Di jalur itu pula, sudah banyak mobil yang terbakar, mayat bergelimpangan diberbagai sisi jalan. — Ini adalah satu-satunya jalur menuju perbatasan Gaza-Mesir.

Demikian pula yang dialamai Bang Onim. Saat ia hendak keluar dari Gaza, ia mau tidak mau harus melewati jalur tersebut.

“Pilihannya ada dua, tetap di RS Assifa pasti Israel (kala itu) dalam waktu dekat masuk, nekat keluar lewat jalur itu mati dibom. Tapi saya neka pilih keluar lewat jalur itu. Waktu mobil saya berangkat ternyata ada sekitar 10 mobil juga ikut dibelakang, tapi waktu diperjalanan hujan peluru dan bom menghujani kami, mobil di belakang saya terbakar. Kaca mobil yang ditumpangi saya sudah pecah. Saya minta istri untuk dekap anak-anak. Saya dalam hati berkata, jika kami mati, berarti sudah takdir Allah,” cerita Bang Onim.

Baca Juga:  Hizib Nashor Doa untuk Palestina, Baca Tiap Shalat 5 Waktu

Bang Onim bersama dua anak dan istrinya akhirnya selamat sampai ke perbatasan Mesir hingga ia berhasil dijemput oleb pihak KBRI Indonesia dan dibawa pulang ke Indonesia.

Bang Onim pada podcast itu juga menegaskan bahwa perang di Palestina bukan soal agama. Melainkan murni soal teritori dan penjajahan yang sangat keji. “Karena pejuangan Palestina itu juga ada yang dari non muslim. Bahkan orang Yahudi yang ada di Palestina menginginkan perdamaian, mereka mengeluh tidak ingin selalu ada pertikaian,” tegas Bang Onim. (red)