Nataindonesia.com – Kunjungan Bill Gates ke Indonesia untuk mendukung uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) melalui Bill & Melinda Gates Foundation menuai sorotan. Meskipun diiringi hibah USD 159 juta (sekitar Rp 2,6 triliun), kerja sama ini memicu kekhawatiran bahwa keterlibatan asing dalam uji coba vaksin dapat melemahkan kemandirian Indonesia di bidang penelitian kesehatan. Jakarta, Rabu 7 Mei 2025.
Uji coba vaksin TBC, termasuk M72/AS01E yang dikembangkan bersama GlaxoSmithKline, telah berlangsung di Indonesia sejak September 2024, melibatkan dua situs klinis bersama Afrika Selatan dan Kenya. Selain itu, Indonesia juga menguji vaksin vektor virus dari CanSinoBio dan kandidat vaksin mRNA dari BioNTech. Meski diakui dapat menekan angka kematian TBC yang mencapai 100.000 per tahun, ketergantungan pada dana dan teknologi asing dalam proyek ini dinilai berisiko bagi pengembangan kapasitas penelitian lokal.
“Kami khawatir Indonesia hanya menjadi ‘ladang uji coba’ bagi kepentingan korporasi farmasi global tanpa membangun kemandirian,” ujar Ketua Sahabat Paloh, Moh. Riyadi.
Hibah Gates Foundation, dengan USD 119 juta untuk kesehatan, memang meringankan beban anggaran, tetapi skeptisisme muncul di platform X, di mana sebagian warganet menyebut Indonesia “menjual kepentingan rakyat” demi dana asing.
Kritik ini diperkuat oleh fakta bahwa Gates Foundation memiliki pengaruh besar dalam kesehatan global melalui GAVI, yang sering dikaitkan dengan agenda swasta. Tanpa strategi jelas untuk mentransfer teknologi atau memperkuat peneliti lokal, Indonesia berisiko tetap bergantung pada aktor eksternal untuk inovasi kesehatan di masa depan.
Pemerintah, melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, menegaskan bahwa uji coba ini memenuhi standar etika BPOM dan akan memperkuat infrastruktur kesehatan. Namun, tanpa langkah konkret untuk meningkatkan kapasitas penelitian lokal, manfaat jangka panjang bagi Indonesia masih dipertanyakan. “Hibah ini harus jadi batu loncatan, bukan jebakan ketergantungan,” urai Riyadi.
Riyadi menegaskan, pemerintah harus waspada dan memastikan transfer pengetahuan, melibatkan peneliti lokal secara maksimal, dan menyusun peta jalan kemandirian penelitian kesehatan. Tanpa upaya tersebut, kerja sama dengan Gates Foundation berpotensi menempatkan Indonesia sebagai pelaku pasif dalam agenda kesehatan global, alih-alih menjadi pusat inovasi mandiri.
“Komentar saya ini tidak lain adalah demi menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mari bersama kita dukung program-program Presiden Prabowo dan kita juga harus sampaikan jika ada bisa bikin Indonesia rugi,” pungkas Riyadi.