News  

BPBD Sumenep Setiap Hari Suplai Air Bersih ke 64 Desa Terdampak Kekeringan

Foto: Mobil BPBD Sumenep saat menyuplai air bersih ke salah satu desa yang terdampak kekeringan di Sumenep.

Nataindonesia.com – Setiap musim kemarau, beberapa desa di Kabupaten Sumenep langganan mengalami kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep memberikan bantuan air bersih untuk masyarakat yang terdampak kekeringan.

Pada musim kemarau kali ini, ada 64 desa di Kabupaten Sumenep yang mengalami kekeringan. Jumlah tersebut terbagi menjadi dua kategori. Yakni keringan kritis dan kering langka.

Desa yang masuk kategori kering kritis yakni, desa Kombang, Montorna, Perancak, Ambunten, Batuputih Daya, Tengedan, dan Desa Gendang Barat yang ada di daerah kepulauan Gayam. Sisanya masuk kategori kering langka.

Berdasar keterangan salah satu warga Desa Montorna Kecamatan Ambunten, Adi menjelaska, air untuk dipakai berwudu saja sudah sangat susah. Sumur-sumur warga kering, sungai juga juga demikian.

Baca Juga:  Heboh Bayi Positif Narkoba di Samarinda, Ini Tanggapan Fornasmapan

“Untuk minum dan wudu saja sangat susah, kami sempat minta bantuan bor belum diberi,” katanya saat memberi keterangan, pada Kamis 17 Oktober 2024.

Kepala BPBD Sumenep Ach Laili Maulidi, menjelaskan, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan bantuan kebutuhan air bersih bagi warga yang ada di daerah kekeringan. Terutama bagi desa masuk kategori kering kritis.

Dua armada milik BPBD setiap hari menyuplai bantuan air bersih ke desa-desa tersebut dengan kapasitas tangki 6.000 liter. Setiap hari maksimal bisa mengirim hingga 4 kali. Total suplai air bisa mencapai 24.000 liter.

Baca Juga:  Foto ini Ubah Seorang Wanita Jadi Taubat dan Makin Alim, Fotonya Didapat 6 Tahun Lalu

“Kami mengerahkan dua armada untuk mengirim air ke desa-desa yang mengalami krisis air, itu bisa dua sampai empat kali pengiriman,” ujarnya, Kamis (17/10/24) saat diwawancara melalui sambungan telepon.

Sementara bantuan air bersih bagi desa yang ada di kepulauan, suplai air hanya memakain mobil pick up. Pasalnya, kondisi geografis tidak memungkinkan untuk penggunaan mobil tangki air.

Laili menegaskan, pihaknya telah mengusulkan pengajuan bantuan pengeboran bagi desa yang langganan mengalami kekeringan. Permintaan tersebut ke diajukan ke pemerintah pusat. Kendati demikian, kata Laili, hingga kini belum ada respon lebih lanjut dari pihak pemerintah.

Baca Juga:  LIDS: DLH Sumenep Buang-Buang Anggaran

“Kami sudah mengusulkan tapi belum ada kabar lebih lanjut,” tegasnya.

Kekeringan ini tidak hanya menyebabkan kelangkaan air, tetapi juga berdampak pada sektor pertanian dan peternakan.

Desa yang masuk kategori kering kritis adalah desa yang akses terhadap air bersih lebih dari tiga kilometer dari pemukiman warga, sementara desa yang masuk dalam kategori kering langka memiliki jarak akses antara 500 meter hingga tiga kilometer. (Ari/red)