Klinik KB Pertama di Dunia dan Sejarah Pil Ajaib, Pencetusnya Berkali Dipenjara

Klinik KB Pertama di Dunia dan Sejarah Pil Ajaib, Pencetusnya Berkali Dipenjara
Beberapa perempuan dan laki-laki duduk dengan kereta bayi di depan Klinik Sanger di Amber Street, Brooklyn, New York pada Oktober 1916. (nataindonesi.com/BCC)

Nata Indonesia – Klinik pertama pengendalian kehamilan atau dikenal dengan sebutan KB (keluarga berencan) yakni Klinik Sanger di Amber Street, Brooklyn, New York Amerika Serikat. Kehadiran klinik ini penuh pertentangan baik oleh pemerintah atau pemuka agama (gereja). Bahkan Pencetusnya berkali-kali masuk penjara.

Pencetus Awal Pil dan Klinik KB

Nama klinik KB pertama diambil dari yang pertama memperkenalkan Pil KB sebagai alat untuk pengendalian kelahiran. Dia adalah Margaret Sanger, anak keenam dari 11 bersaudara, lahir pada tahun 1879 di negara bagian New York.

Berasal dari keluarganya miskin dan tinggal di gubuk. Ibunya mengalami 18 kehamilan, dan tujuh kali keguguran. Ayahnya, Michael adalah seorang tukang batu kelahiran Irlandia.

Sanger memulai keriernya sebagai perawat dalam perawatan paliatif. Saat itu dia menyaksikan seorang perempuan meninggal karena komplikasi dalam kehamilan dan juga menyaksikan akibat dari aborsi tanpa bantuan medis.

Hal ini yang kemudian menggerakkan Sanger ingin mengendanlikan kehamilan seorang perempuan. Ia berpandangan bahwa dengan pengendalian kehamilan bisa menyelamatkan nyawa perempuan dan tanpa melakukan praktek aborsi yang merupakan tindakan tidak manusiawi.

Awal Mula Sanger Menyuarakan Pil KB

Sanger pada Maret 1914 menerbitkan buku The Woman Rebel. Ia menguraikan tentang hak untuk mempraktikkan pengendalian kehamilan. Pandangan Sanger dalam buku itu segera menarik tindakan hukum. Ia terancam hukuman penjara oleh pemerintah.

Pihak Gereja Katolik juga serius menyoroti pandangan Sanger tersebut. Akhirnya, Sanger mengasingkan diri ke Inggris untuk menghindari ancaman penjara.

Baca Juga:  Tak Disangka, Penggunaan Asbes sangat Berbahaya, bisa Menimbulkan Penyakit Serius

Pada tahun yang sama, kehidupan pribadi Sanger sangat kacau. Di tengah mengahadapi ancaman hukuman pada tahun 1914, dia berpisah dari suaminya, William. Kemudian pada tahun 1915 putri satu-satunya, Peggy, meninggal mendadak pada usia lima tahun.

Klinik KB Pertama di Dunia

Sanger akhirnya kembali ke Amerika Serikat dari pengasingan. Dia membuka klinik KB pertama di di Kota New York yang merupakan tempat tinggal bagi banyak perempuan imigran miskin.

Klinik Sanger hanya dibuka dalam hitungan hari, kemudian Sanger ditangkap. Namun tidak lama ia kembali bebas.
Tidak menyerah, Sanger membuka kembali kliniknya beberapa hari kemudian dan ditangkap lagi.

Kali ini dia dituduh menyebabkan gangguan publik. Ia pun diadili pada 1917 dan diputuskan bersalah dengan hukuman 30 hari penjara atau bayar denda. Sanger pilih hukuman penjara.

“Akibat insiden ini [dia] menjadi tokoh besar di Amerika Serikat. Adik perempuannya juga dipenjara [dan] melakukan mogok makan,” kata penulis biografi Sanger Ellen Chesler.

Setelah dibebaskan, Sanger mengajukan upaya banding terhadap hukumannya namun tidak berhasil; tetapi pengadilan memutuskan bahwa dokter boleh meresepkan kontrasepsi karena alasan medis.

Jalan Pembuka Sanger

Sanger terus memperjuangkan pandangannya tentang pengendalian kehamilan melalui Pil KB. Akhirnya mulai menemukan dukungan kuat dari lelaki yang menikahinya.

Pada tahun 1922, ia menikah dengan James Noah H Slee salah seorang pengusaha minyak. Suaminya ini yang kemudian menjadi salah satu penyokong utama gerakannya.

Baca Juga:  Wapres RI ke Sumenep Disambut Aksi Gempar, Tuntut Pengentasan Kemiskinan

Sepanjang 1920 – 1930-an Margaret Sanger berkeliling dunia, mempromosikan pengendalian kelahiran di China, Jepang, Korea, dan India.

London Eugenics Society sempat mencatat perjalanan Sanger ke India pada 1935 melalui surat yang diterimanya. Mereka menjelaskan, Sangaer mempromosikan gerakannya tersebut dengan penggunnaan bubuk spermisida sebagai obat pengendali kehamilan.

Namun kala itu, muncul banyak keluhan bahwa kontrasepsi tersebut menyebabkan sensasi terbakar dan sulit digunakan tanpa pengawasan medis.

Sasaran yang dituju Sanger adalah orang-orang yang lebih miskin dan orang yang kurang memiliki pengetahuan tentang pengendalian kelahiran.

“Retorikanya sangat kuat tentang pengendalian kelahiran dan membuat kontrasepsi tersedia, terutama bagi kelas pekerja miskin. Tetapi teknologinya masih belum ada,” kata Sanjam Ahluwalia, profesor Sejarah dan Studi Perempuan dan Gender di Universitas Arizona Utara, dan penulis buku Reproductive Restraints: Birth Control in India, 1877-1947, dilansir BBC.

Sanger juga sempat melakukan negosiasi dengan Mahatma Gandhi. Namun ia tidak mampu meyakinkan Gandhi sehingga misinya tersebut tidak semulus yang ia kira.

Evaluasi Kegagalan Sanger

Kegagalan di India membuat Sanger cukup frustasi. Bentuk kontrasepsi yang ia bikin belum efektif dan tidak praktis. Akibatnya ia mulai fokus pada metode oral yang lebih baik bagi pengguna.

Ia pun sempat menulis tetantang mimpinya membuat “Pil Ajaib” di tahun 1939. Untuk mewujudkan hal itu ia butuh bantuan untuk mewujudkannya.

Baca Juga:  Kondisi Kesehatan KH Said Aqil Terus Membaik, Ahmad Helmy Faishal: Terimakasih Untuk Doa dari Semuanya

Dia menulis tentang mimpinya tentang “pil ajaib” pada tahun 1939, tetapi dia butuh bantuan untuk mewujudkan ide tersebut menjadi kenyataan.

Katharine McCormick, seorang janda kaya adalah mitra pertama Sanger yang mendanai penelitian tersebut. Dia kemudian membujuk ilmuwan fertilitas yang kontroversial Dr Gregory Pincus untuk bergabung dengan proyek tersebut.

Dana awal yang disediakan McCormick US$40.000 (Rp623 juta), kemudian pendanaanya ditambah melampaui US$1 juta.

Setelah sepuluh tahun, pil itu siap, tetapi ada masalah dalam pengujian dan validasinya.

Mulai Diterima oleh Negara

Amerika Serikan pada pertengahan 1950-an banyak warganya melakukan aborsi ilegal. Hal ini merupakan kehancuran moral manusia di AS. Namun di sisi lain membuka peran Sanger dengan alat kontrasepsinya yang mampu meyakini bisa mengatasi hal tersebut.

Tim Sanger pergi ke Puerto Riko dan Haiti. Para perempuan di rumah sakit jiwa dan daerah kumuh dilibatkan dalam pengujian, meskipun banyak dari mereka mungkin tidak menyadari apa yang mereka lakukan.

Akhirnya AS membuat pil kontrasepsi untuk wanita yang sudah menikah pada tahun 1965, kemudian untuk semua perempuan pada tahun 1972.

Akibat kejadian itu, negara lain juga mengadopsinya. Sanger merasa puas melihat pil itu membuahkan hasil sebelum kematiannya pada tahun 1966.

Pil kontrasepsi yang semula dipandang sebagai hal yang tidak baik sekarang telah digunakan oleh lebih dari 150 juta perempuan di seluruh dunia.