Nataindonesia.com – Ada banyak cara tidur yang nyaman. Tapi bagi anak Madura, tidur pakai sarung adalah kenyamanan sejati. Bukan sekadar gaya tidur, ini adalah budaya—sebuah kebiasaan turun-temurun yang bikin hati adem, meski cuaca panas atau angin laut berhembus kencang.
Kalau kamu pernah merasakan hal-hal di bawah ini saat tidur, besar kemungkinan kamu memang anak Madura tulen!
1. Sarung Dililit Sampai Leher
Saat udara dingin menusuk malam, anak-anak Madura punya solusi sederhana: lilit sarung sampai ke leher, kadang cuma kepala yang kelihatan. Sarung itu jadi selimut, penghangat, sekaligus pelindung dari nyamuk. Gaya tidur ini bukan diajarkan, tapi otomatis dilakukan sejak kecil.
2. Sarung Dijadikan Bantal Dadakan
Sarung yang dilipat jadi bantal itu bukan hal aneh. Kadang bahkan jadi dua: satu buat alas kepala, satu lagi buat dipeluk. Mau tidur siang di teras, di bale-bale bambu, atau di lantai semen, asal ada sarung, pasti bisa.
3. Tidur di Teras atau Langgar
Anak Madura banyak yang tumbuh di lingkungan di mana teras rumah atau langgar desa jadi tempat tidur favorit. Apalagi habis ngaji, badan lelah, tinggal rebahan pakai sarung, langsung terlelap. Angin semilir, suara jangkrik, dan bau tanah malam hari jadi pengantar tidur alami.
4. Sarung Jadi Perisai Nyamuk dan Angin Malam.
Kalau kamu tidur pakai sarung sambil duduk di kursi panjang, lalu sarungnya dijulurkan ke bawah sampai kaki ketutup semua—itu seni tidur Madura yang nggak semua orang bisa. Tujuannya: menahan dingin dan nyamuk. Rasanya nyaman banget.
5. Bangun Pagi Masih Kelelipan di Dalam Sarung.
Pernah bangun pagi dan bingung kenapa dunia gelap? Ternyata kamu masih terbungkus rapat di dalam sarung sendiri. Kadang malah sudah pindah posisi—dari rebahan jadi nungging. Itu tanda tidurmu benar-benar nyenyak.
6. Sarung Warisan Bapak atau Kakek
Ada sarung-sarung yang terasa lebih enak dipakai, entah karena bahannya adem atau aromanya khas. Biasanya itu milik bapak atau kakek. Dapat pinjam sarung mereka buat tidur, rasanya seperti dapat pelukan hangat dari keluarga sendiri.
7. Kalau Tidak Pakai Sarung, Rasanya Ada yang Kurang
Tidur pakai celana panjang atau selimut tebal mungkin terasa nyaman, tapi buat banyak anak Madura, tanpa sarung, tidur itu belum sempurna. Ada rasa yang hilang. Seperti rumah yang sepi, atau makan tanpa sambal.
Sarung Sebagai Simbol Kemapanan dan Wibawa.
Di Madura, sarung bukan hanya kain serbaguna, tapi juga simbol kehormatan dan kemapanan. Lelaki dewasa memakai sarung bukan semata kenyamanan, tapi juga untuk menunjukkan bahwa ia sudah “berubah derajat.”
Ada sarung harian untuk ke langgar atau tidur, tapi ada pula sarung-sarung khusus yang hanya dipakai saat hajatan, tahlilan, acara adat, atau saat menjamu tamu penting. Sarung dengan motif dan bahan tertentu bisa memberi kesan wibawa dan status. Bahkan, sebagian orang punya “sarung terbaik” yang hanya keluar saat Lebaran atau saat mengantar lamaran.
Sarung Bukan Sekadar Kain
Di Madura, sarung adalah bagian dari jati diri. Ia hadir dalam momen keseharian sekaligus dalam peristiwa penting. Ia menemani tidur masa kecil, tapi juga dipakai saat seseorang berdiri di hadapan banyak orang dengan penuh hormat. Kalau kamu pernah tidur pakai sarung dengan gaya-gaya seperti di atas, dan paham maknanya lebih dari sekadar kain—maka kamu memang anak Madura sejati.