Nataindonesia.com – Smart city adalah konsep pembangunan kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Namun Sumenep Gagal.
Sejak 2018, Sumenep resmi masuk dalam program nasional “Gerakan Menuju 100 Smart City”. Berbagai inisiatif seperti sistem e-Paten, platform HomPIMPA, hingga data desa berbasis digital (DIGDAYA) sempat menjadi andalan. Namun di tengah berbagai penghargaan dan masterplan panjang, pelayanan dasar seperti kesehatan justru tersendat digitalisasinya.
Di tengah kewajiban nasional menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) untuk semua fasilitas kesehatan, Sumenep justru terseok-seok di jalur transformasi digital. Proyek-proyek yang semula dipuji sebagai tonggak menuju era “smart city,” kini tampak lebih seperti slogan ketimbang sistem yang hidup.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 Tahun 2022, sejak 2023 seluruh fasilitas layanan kesehatan diwajibkan menyimpan dan mengirim data pasien ke sistem nasional SATUSEHAT melalui RME. Sistem ini menggantikan rekam medis berbasis kertas dan memungkinkan layanan kesehatan saling terhubung, efisien, dan cepat.
Namun, kenyataan di lapangan membongkar retaknya klaim “smart city” Sumenep.
Digitalisasi Terhambat, HomPIMPA Tertinggal. Padahal, Sumenep pernah mencuri start. Sejak 2021, platform bernama HomPIMPA digadang-gadang sebagai sistem layanan kesehatan digital terpadu di kabupaten ini. Tapi tanpa pembaruan signifikan, HomPIMPA justru tertinggal. Ketika sistem nasional SATUSEHAT mulai mengintegrasi data RME, HomPIMPA seperti kendaraan tua yang tidak lagi mampu menempuh jalan bebas hambatan teknologi.
Kondisi Lapangan: Pincang Tak Merata
Berdasarkan hasil penelusuran di beberapa puskesmas dan rumah sakit:
Puskesmas Pamolokan sudah mulai memakai aplikasi SIAP LAHIR sejak Januari 2024. Aplikasi ini sudah mencakup RME.
Puskesmas Lenteng masih dalam proses belajar dan studi banding ke Pamolokan. Pengisian RME belum jalan penuh di semua poli.
Puskesmas Talango belum mulai. Masih tahap analisis kesiapan. Terkendala jaringan internet, komputer, dan anggaran.
Puskesmas Ambunten masih memakai cara lama, pencatatan manual meski sudah ada komputer.
RSUD dr. Moh. Anwar Sumenep baru sejak Maret 2024 mulai menerapkan sistem digital dan terhubung ke SATUSEHAT.
Ketimpangan infrastruktur, kurangnya pelatihan tenaga medis, serta tidak adanya penguatan kebijakan daerah memperparah keterlambatan ini.
Laporan: Rosy | Editor: Zaiful Bahri