Kembali ke Awal
Usai itu, saya telah menemukan kembali titik keyakinan (Iman) terhadap agama saya. Dari sekian buku dan kajian yang saya pelajari, Saya kembali memantapkan hati kepada Islam. Mengucapkan Syadat, bersaksi tiada Tuhan selain Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan-Nya.
Namun gusarku belum selesai. Saya kembali membaca dan memahami tentang sejarah Islam. Meski sempat diajari bertahun-tahun sejak kecil, ternyata saya tidak paham akan agam saya sendiri.
Saya kembali melakukan banyak reserch dan berdiskusi tentang Islam dengan orang yang dianggap mumpuni oleh saya. Pikiran saya dihantui pertanyaan, kenapa sesama islam bertengkar, saling serang, bahkan saling menyalahkan. Yang lebih ekstrim adalah saling bunuh yang terjadi sejak zaman Sahabat.
Segala pertanyaan di atas mengantar saya kepada titik terang tentang perbedaan madzhab atau teologi.
Saya terus memikirkan hal itu hingga saya meyakini satu madzhab yang menurut saya paling pas dengan diri saya. Soal kebenaran, semuanya benar jika masih memiliki landasan dan bisa dipertanggung jawabkan.
Titik Temu
Segala cerita di atas, saya jalani sekitar 3-4 tahun proses pencarian. Kesimpulan yang saya dapat dan menjadi pegangan hingga sekarang adalah, Agama itu asyik, tidak seram apalagi menakutkan. Agama juga bukan alat untuk menyalahkan orang lain, lebih-lebih jadi alat perang! Kita beragama untuk menjadi Manusia seutuhnya. Kita sebagai khalifah di bumi diberi amanah untuk menebar kebaikan dan kedamaian. Kalau atas nama agama bikin manusia lain tersakiti, kuyakin ada yang kurang baik dalam pahamnya.
Sampai saat ini, saya masih terus belajar memperbaiki diri. Terus belajar atas segala takdir-Nya.
Tulisan ini semula tidak saya niatkan untuk berceita soal pengalaman, tapi malah seperti itu. Ya sudah, meski keluar dari konsep awal tak apa kan? Heee…
*Penulis adalah user Quora.