Mulai Ditolak, Anggota NATO Tuding Ukraina Bakal Jadi Pemicu Perang Dunia Tiga

Foto: Anggota NATO saat rapat.

Nataindonesia.com – Ukraina diklaim bakal menjadi pemicu perang dunia ketiga oleh anggota Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hungaria menolak paling keras menyuarakan kekhawatiran tersebut.

Dilansir CNBC Indonesia (Jumat 11 Oktober 2024), Ukraina mulai mendapatkan penolakan untuk bergabung ke dalam NATO dari anggota. Salah satunya datang dari Hungaria.

Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto memperingatkan penerimaan Ukraina ke dalam blok yang dipimpin AS tersebut akan mengakibatkan Perang Dunia 3. Hal ini disampaikannya saat berbicara di Forum Gas Internasional St. Petersburg, Kamis (10/10/2024).

Baca Juga:  Jubir AMIN Situbondo: Gagasan AMIN Paling Dirindukan Publik pada Debat Capres

“Ukraina sedang berperang dengan Rusia. Karena sikap tradisional NATO, jika Ukraina dibawa ke dalam aliansi tersebut dalam situasi saat ini, itu berarti dimulainya Perang Dunia 3,” katanya, seperti dikutip RT.

“Kami selalu menentang konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO,” tambahnya.

Baca Juga:  Media Asing Kompak Tuding RI Penyebab Kualitas Udara Turun di Negara Lain

Sementara itu, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico membuat pernyataan serupa minggu lalu. Slovakia sebelumnya berjanji untuk menghalangi pencalonan Kyiv karena khawatir akan terjadinya konflik dengan Rusia.

Fico menegaskan bahwa pemerintahnya “tidak akan pernah menyetujui keanggotaan Ukraina di NATO” karena ancaman perang dunia yang ditimbulkan oleh langkah tersebut.

Kedua negara tidak setuju dengan kebijakan Barat, yang dipelopori oleh Presiden AS Joe Biden, untuk mengirim senjata dan dana ke Kyiv selama “yang diperlukan” untuk mengalahkan Rusia.

Baca Juga:  Basis Sahabat Muhaimin Sumenep Deklarasi dukungan AMIN Menang Pilpres 2024

NATO berjanji untuk melibatkan Ukraina pada tahun 2008, mengabaikan peringatan Rusia bahwa mereka menganggap usulan tersebut sebagai ancaman besar bagi keamanan nasionalnya. Konflik Ukraina, yang meletus pada bulan Februari 2022, sebagian besar dipicu oleh upaya blok militer untuk menyerap Kyiv. (**)