Nataindonesia.com • Jakarta, 29 September 2025 — Suasana penutupan Musyawarah Nasional (Munas) ke-VI Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Hotel Sultan, Jakarta, berubah hangat dan penuh tawa saat Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pidatonya yang sarat kelakar dan guyonan segar.
Dalam pidato yang berlangsung Senin malam, Prabowo tak hanya menyampaikan visi kenegaraan, tetapi juga menyelipkan humor yang mengundang gelak tawa para kader dan tamu undangan. Salah satu momen yang mencuri perhatian adalah saat ia menyapa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat, dengan menyebutnya sebagai penerus SBY.
“Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan yang juga adalah Ketua Umum Partai Demokrat Saudara Agus Harimurti Yudhoyono, lebih dikenal AHY, penerus SBY,” ucap Prabowo sambil tersenyum, Senin (29/09/2025).
Tak berhenti disitu, Prabowo juga menyinggung angka keberuntungannya, yakni angka 8, yang menurutnya kerap muncul dalam berbagai momen penting hidupnya.
“Contoh, saya pidato di PBB itu, Sidang Umum General Assembly-nya ke-80,” ujarnya, disambut tawa ringan dari hadirin.
Kelakar paling menggelitik datang saat Prabowo menyinggung perjalanan politiknya bersama PKS, dirinya ditinggal pergi oleh PKS dan meberi dukungan kepada Anies Baswedan 2024 lalu.
“PKS ikut saya dua kali, dua kali kalah. Sekalinya kalian pergi, saya malah menang,” katanya, membuat ruangan pecah oleh tawa.
Ia juga menyebut bahwa dirinya tidak menyimpan dendam terhadap rival politiknya, Anies Baswedan, bahkan menyebut bahwa penilaian rendah dari Anies justru membuatnya menang karena emak-emak kasihan.
“Eh bener loh, sebenernya dia yang bantu aku menang karena emak-emak kasian gitu loh. Iya kan?” imbuhnya.
Tak ketinggalan, Prabowo mengaku grogi saat berpidato karena banyaknya emak-emak yang hadir di Munas PKS.
“Banyak emak-emak, grogi juga,” ucapnya, yang langsung disambut riuh tepuk tangan dan tawa dari para peserta Munas.
Pidato Presiden Prabowo di Munas PKS bukan hanya menyampaikan arah kebijakan dan semangat persatuan, tetapi juga menunjukkan sisi humanis dan jenaka dari seorang kepala negara. Kelakar-kelakar yang dilontarkan menjadi bukti bahwa politik bisa dijalani dengan santai, dewasa, dan penuh keakraban.
(Red/Bhr).