News  

GMNI Trenggalek Gelar Aksi Solidaritas: “Rheza Sendy Pratama Bukan Sekadar Nama, Ia Adalah Luka Bangsa”

Foto: Aksi Damai GMNI Trenggalek (NataIndonesia.com/Robi)

Nataindonesia.com – Langit mendung menyelimuti Perempatan Pasar Pon, Selasa (2/9/2025), seolah turut berduka atas gugurnya Rheza Sendy Pratama. Di tengah hiruk-pikuk kota, sekelompok mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek berdiri tegak, membawa suara yang tak bisa lagi disuarakan oleh Rheza mahasiswa yang meregang nyawa saat memperjuangkan demokrasi di depan Mapolda DIY, Sabtu 30 Agustus 2025.

Aksi damai itu bukan sekadar unjuk rasa. Ia adalah panggilan nurani. Para peserta membagikan flayer berisi pesan belasungkawa dan seruan keadilan, serta menyematkan pita hitam kepada warga sebagai simbol duka yang mendalam, solidaritas tak tergoyahkan, dan perlawanan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh negara.

“Kami tidak datang untuk membuat gaduh. Kami datang untuk mengingatkan bahwa satu nyawa telah hilang karena kekerasan yang tak seharusnya terjadi. Rheza bukan hanya korban—ia adalah simbol dari suara-suara yang dibungkam,” ujar Mamik Wahyuning Tyas, Wakabid Sarinah DPC GMNI Trenggalek, dengan suara bergetar.

Aksi ini dijalankan dengan tertib, penuh hormat terhadap ruang publik, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta demokrasi. Bagi GMNI Trenggalek, ini bukan sekadar aksi, melainkan bentuk perlawanan moral terhadap siklus kekerasan yang terus berulang.

Baca Juga:  Profil Kaesang Pangarep yang Baru Jabat Ketum PSI

Dalam orasi yang menggugah hati, GMNI Trenggalek menyuarakan tiga tuntutan utama:

1. Mengusut tuntas kematian Rheza secara independen, transparan, dan akuntabel.
2. Menghentikan segala bentuk kekerasan dan tindakan represif aparat terhadap warga dalam ruang demokratis.
3. Melakukan reformasi menyeluruh terhadap institusi keamanan agar menjunjung tinggi HAM, profesionalisme, dan nilai demokrasi.

“Wafatnya Rheza bukan hanya tragedi pribadi. Ia adalah luka kolektif dalam sejarah demokrasi kita. Diam berarti menyetujui kekerasan. Maka mari kita bersuara, bukan hanya untuk Rheza, tapi untuk masa depan bangsa yang lebih manusiawi,” tegas Mamik, dengan sorot mata penuh tekad.

Baca Juga:  Ketua DPD PAN Sumenep Faisal Muhlis Resmi Daftar Bacawabup melalui PDI Perjuangan

GMNI Trenggalek juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat sipil, mahasiswa, dan rakyat Indonesia untuk tidak melupakan tragedi ini. Mereka mendesak negara untuk bertanggung jawab dan memperingatkan bahwa jika tuntutan ini diabaikan, aksi yang lebih besar akan digelar.

“Kami tidak akan berhenti. Karena keadilan bukan sesuatu yang bisa ditunda. Ini adalah panggilan sejarah,” tutup Mamik dengan lantang.

(Red/Bhr).