Opini  

Gen-Z dan Makna Baru Hari Kebangkitan Nasional

Oleh: Nurahmad*

NataIndonesia.com – Setiap tahun, tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Banyak yang mungkin mengaitkan hari ini semata dengan sejarah berdirinya Boedi Oetomo pada 1908. Namun, jika direnungkan lebih dalam, Hari Kebangkitan Nasional bukan hanya soal masa lalu. Ia adalah ruang refleksi tentang bagaimana sebuah bangsa bisa terus bangkit di tengah zaman yang terus berubah terutama bagi kami, Generasi Z.

Kami adalah generasi yang lahir di antara layar-layar digital dan koneksi internet. Dunia kami terbentuk dalam lanskap yang serba cepat dan serba instan. Informasi datang tanpa henti, opini berseliweran, dan identitas sering kali digoyahkan oleh arus globalisasi. Di tengah dunia seperti ini, muncul satu pertanyaan mendasar: apa makna “Bangkit” bagi generasi kami?

Baca Juga:  Palung Mariana: Misteri Kedalaman Samudra

Jika dahulu kebangkitan nasional dimaknai sebagai kesadaran kolektif untuk melawan penjajahan dan membangun cita-cita kemerdekaan, maka hari ini kebangkitan itu harus dimaknai ulang. Musuh kami bukan lagi bangsa asing, melainkan ketidakpedulian, disinformasi, kemalasan intelektual, serta krisis kepercayaan terhadap institusi.

Dalam konteks ini, kebangkitan nasional versi Generasi Z adalah tentang keberanian untuk berpikir kritis, menolak sikap apatis, dan membangun kontribusi nyata dari bidang apa pun. Kebangkitan berarti memproduksi pengetahuan, bukan hanya mengonsumsinya. Kebangkitan berarti menggunakan teknologi bukan hanya untuk hiburan, tetapi untuk pemberdayaan. Kebangkitan berarti berani berbicara ketika banyak yang memilih diam, dan berbuat sesuatu ketika banyak yang merasa tidak berdaya.

Baca Juga:  Dampak Ekonomi Masyarakat Akibat Impor Beras

Kami sadar bahwa semangat kebangkitan tidak bisa hadir dari ruang kosong. Dibutuhkan lingkungan yang mendukung, pendidikan yang membebaskan, serta masyarakat yang percaya bahwa generasi muda bukan beban, melainkan kekuatan. Terlalu lama kami dilabeli sebagai generasi rebahan, generasi mager, atau generasi yang hanya sibuk di media sosial. Padahal, jika diberi ruang dan kesempatan, kami mampu menjadi pelaku sejarah yang tak kalah penting dari generasi sebelumnya.

Baca Juga:  Mencari Jejak Getaran: Bahasa, Tubuh, dan Ingatan yang Tak Terucap

Di Hari Kebangkitan Nasional ini, kami tidak sekadar memperingati. Kami ingin mengambil peran. Bagi kami, bangkit berarti menciptakan ruang-ruang kolaboratif, mendukung keberagaman, menjaga integritas, serta menghadirkan harapan di tengah kompleksitas zaman. Kami ingin menghadirkan makna baru dari kebangkitan: bukan sekadar simbol, tetapi aksi nyata.

Sejarah memang ditulis oleh generasi yang berani bergerak. Dan kami ingin menjadi bagian dari generasi itu.

*Ketua Generasi Emas Nusantara (GEN) Kabupaten Pamekasan