Oleh: Pengamat Politik yang Bingung)
Nata Indonesia – Dana Hibah US$ 6 Juta untuk Fiji, karena Mereka Sangat Membutuhkan. Atau Pemerintah Kita yang Butuh Pencitraan?
Di tengah Misi besar Pak Prabowo yang katanya Efisiensi, masyarakat kembali dibuat bingung dalam sebuah langkah “sangat strategis”, pemerintah kembali membuktikan kedermawanannya dengan memberikan hibah sebesar US$ 6 Juta kepada Fiji. Ya, Fiji—negara kepulauan yang terkenal dengan pantainya yang eksotis, resor mewah, dan tunggu, apa lagi? Oh iya, perannya yang sangat vital dalam politik global.
Kenapa Fiji? Karena Siapa Lagi yang Mau Diberi Uang Tunai Tanpa Pertanyaan?
Menurut “sumber terpercaya” (yang tentu saja tidak mau disebutkan namanya), hibah ini diberikan sebagai bagian dari “komitmen Indonesia untuk mendukung pembangunan negara-negara Pasifik”.
Tapi mari kita jujur, apakah Fiji benar-benar membutuhkan uang ini? Atau jangan-jangan ini hanya cara halus untuk membeli dukungan diplomatik di forum internasional?
– Fiji, dengan populasi kurang dari 1 juta jiwa, punya PDB per kapita lebih tinggi daripada Indonesia.
– Mereka punya industri pariwisata yang maju, sementara kita masih berjuang dengan sampah di Bali.
– Tapi, hey! Siapa yang peduli dengan logika ketika ada kesempatan untuk terlihat baik di mata dunia?
Apa yang Akan Fiji Lakukan dengan US$ 6 Juta?
Beberapa spekulasi yang beredar:
1. Membangun Patung Pejabat Indonesia di Suva – Sebagai tanda terima kasih karena telah dianggap sebagai “prioritas bantuan.”
2. Membiayai Liburan Pejabat Fiji ke Bali – Karena tentu saja, mereka perlu studi banding tentang bagaimana mengelola pariwisata.
3. Membeli Pasir untuk Menahan Naiknya Air Laut – Sebab, seperti kita tahu, perubahan iklim adalah masalah besar… meski dana adaptasi di dalam negeri sendiri masih sering menguap.
Sementara di Indonesia:
– Guru honorer masih digaji Rp 500 ribu/bulan.
– Rakyat di Papua dan NTT masih kesulitan air bersih.
– Jalan-jalan di Jakarta lebih mirip kolam renang saat hujan.
Tapi, Fiji adalah prioritas! Karena, seperti kata pejabat kita: “Ini tentang solidaritas global!” (Baca:”Ini tentang pencitraan dan mungkin sedikit urusan suara di PBB.”)
Kesimpulannya, Pemerintah Kita Dermawan di Luar, Pelit di Dalam
Jika Anda heran mengapa uang rakyat lebih mudah mengalir ke luar negeri daripada memenuhi kebutuhan dasar di dalam negeri, selamat! Anda sudah mulai memahami “seni” politik luar negeri kita.
Jika Fiji benar-benar bersyukur, mungkin mereka bisa mengirimkan sedikit resort voucher sebagai balas budi. Lumayan, kan? Daripada uangnya cuma dipakai buat rapat-rapat “koordinasi” yang ujung-ujungnya nggak jelas.