Ekonomi Hijau: Peluang Besar di Tengah Krisis Iklim dan Ketimpangan

Foto: Konsep ekonomi hijau.

Nataindonesia.com – Di tengah hiruk-pikuk pertumbuhan ekonomi yang seringkali merusak alam, hadir sebuah konsep alternatif Ekonomi Hijau. Sebuah pendekatan pembangunan yang tak hanya memikirkan angka-angka, tapi juga menjaga bumi dan kesejahteraan jangka panjang. Di Indonesia, konsep ini makin relevan di tengah krisis iklim, polusi, dan ketimpangan sosial yang melebar.

Apa Itu Ekonomi Hijau?

Ekonomi hijau (green economy) adalah sistem ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis, sekaligus meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial. Fokus utamanya: rendah emisi karbon, efisien sumber daya, dan inklusif secara sosial.

Konsep ini menolak cara lama yang mengorbankan alam demi pertumbuhan. Sebaliknya, ekonomi hijau justru melihat lingkungan sebagai aset, bukan hambatan.

Baca Juga:  Harga Gabah dan Jagung Resmi Naik di 2025

Mengapa Ekonomi Hijau Penting?

1. Krisis Iklim Nyata

Perubahan cuaca ekstrem, banjir, kekeringan, dan suhu yang meningkat tak bisa disangkal lagi. Ekonomi hijau menempatkan transisi energi dan pengurangan emisi karbon sebagai prioritas.

2. Peluang Pekerjaan Baru (Green Jobs)

Menurut ILO, transisi ke ekonomi hijau bisa menciptakan hingga 24 juta pekerjaan baru secara global pada 2030. Dari sektor energi terbarukan hingga pertanian berkelanjutan, pasar baru terbuka.

Perhatikan Grafik ini

Ecogreen
Foto: Grafik peluang lowongan kerja baru dari konsep ekonomi hijau secara global.

3. Investasi Jangka Panjang yang Tangguh

Ekonomi hijau mendorong keberlanjutan usaha, efisiensi energi, dan inovasi. Di banyak negara, ini justru menarik minat investor karena dianggap tahan krisis.

Contoh Ekonomi Hijau di Indonesia

Transisi Energi Terbarukan: Pembangkit listrik tenaga surya dan air yang mulai dikembangkan oleh PLN dan startup energi.

Baca Juga:  LSAI Bimbing Masyarakat Kelola Keuangan Sehat dan Kontrol Hutang

Kebijakan Satu Peta & Rehabilitasi Hutan: Upaya menjaga kawasan lindung dan menghindari tumpang tindih tata guna lahan.

Pertanian Organik dan Agroforestri: Di beberapa daerah, petani mulai mengadopsi metode tanam ramah lingkungan.

Tantangan Utama

Meski terlihat ideal, penerapan ekonomi hijau bukan tanpa kendala. Terutama di kota kecil dan daerah, tantangan utamanya adalah:

  • Minimnya pendanaan hijau.
  • Rendahnya kesadaran publik dan politisi lokal.
  • Persaingan dengan model ekonomi ekstraktif yang lebih instan secara hasil.

Ekonomi Hijau di Kota Kecil: Harapan atau Angan?

Di kota kecil seperti tempat tinggal kita, ekonomi hijau bisa terasa jauh. Tapi sesungguhnya, justru dari titik inilah perubahan bisa dimulai. Lewat:

  1. Edukasi publik tentang pengelolaan sampah.
  2. Program desa hijau berbasis komunitas.
  3. UMKM yang memakai kemasan ramah lingkungan.
  4. Langkah kecil bisa berdampak besar. Asalkan konsisten dan punya dukungan kebijakan.
Baca Juga:  Ambisi Indonesia Jadi Pemain Utama Ekonomi Hijau Global

Bumi yang Sehat, Ekonomi yang Adil

Ekonomi hijau bukan soal memilih antara ekonomi dan ekologi. Ia adalah cara menyatukan keduanya. Menjaga bumi bukan hanya tugas aktivis, tapi tanggung jawab kita semua—baik sebagai warga, konsumen, pebisnis, maupun pemimpin lokal.

Mungkin jalan ini belum begitu nyata, tapi masa depan yang lebih baik seringkali lahir dari keputusan berani yang tak populer.