Nataindonesia.com • Sumenep, 19 Januari 2025 – Rencana penampilan DJ Almira Berto di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada akhir pekan ini mendapat respon negatif dari berbagai elemen masyarakat. Dua organisasi masyarakat besar, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, sepakat menolak pagelaran disc jockey (DJ) asal Sidoarjo tersebut.
Selain mendapatkan penolakan dari tokoh dan masyarakat setempat, batalnya acara maksiat itu juga disebabkan pihak penyelenggara tidak mendapatkan izin dari kepolisian dengan alasan keamanan. Awalnya DJ Almira Berto akan diselenggarakan Sanjaya Fest di Desa Saronggi, Kecamatan Saronggi, akan tetapi karena mendapat penolakan dari masyarakat dan Kepala Desa setempat akhirnya dipindahkan ke lapangan Giling tepatnya di Jalan KH. Agus Salim, Pangarangan, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, namun acara itu juga ditolak dan batal.
Yang menarik adalah timbulnya kontroversi dari batalnya hiburan malam ini, selain banyak pihak yang menolak ada juga pihak yang mengkritik kepolisian sebab izin acara DJ Almira Berto tidak keluar. Polres Sumenep dikritik oleh pemilik akun tiktok bernama Aminelly Maxgym, dalam postingannya ia menyampaikan menyampaikan rasa kecewa dengan mempertanyakan perbedaan konser musik Dj, Rock, dan dangdut. Bahkan ia menyinggung soal kerugian penyelenggara akibat batalnya acara itu.
“Kalaupun memang ada pembatalan, kenapa Kapolres sumenep tidak Me-warning jauh-jauh hari sebelumnya sehingga Panitia tidak banyak Terkuras tenaga dan sebagainya hingga dana Puluhan bahkan Ratusan juta.” ujar akun tiktok Aminelly Maxgym yang juga sempat berkomentar pada beberapa media, minggu (19/01/25).
Sia-sia kritik yang ditujukan kepada pihak kepolisian oleh kalangan pro DJ termasuk akun tiktok Aminelly Maxgym, Polres Sumenep justru mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai tokoh dan aktivis atas sikapnya yang tidak mau memberikan izin. Dukungan itu muncul dari JANGKAR (Jaringan Kajian Advokasi Rakyat) yang menilai langkah kepolisian sangat tepat, Ketua Jangkar Mohammad Nor mengatakan gagalnya DJ almira berto manggung di Sumenep menunjukkan bahwa kepolisian masih berpegang teguh pada karakternya yang dikenal dengan kabupaten yang bertumpah ruah lembaga pesantren.
“Jadi segala keputusan yang berkaitan dengan gagal dj almira, kami apresiasi para pihak yang berwenang, karena ikut serta mempertahankan karakter sumenep yang sebenarnya,” jelasnya.
Lebih lanjut eks pentolan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menjelaskan dirinya tidak tabu akan budaya luar, akan tapi sebagai wilayah yang beradat dan berbudaya penolakan dan batalnya kegiatan tersebut merupakan upaya masyakat mempertahankan karakternya.
“Artinya para aparat yang berwenang benar bersinergi dengan masyarakat sumenep untuk mempertahankan karakter sumenep yang menggunakan adat ketimuran, apalagi kegiatan tersebut dilaksanakan di tempat yang terbuka,” ujarnya, Senin (20/01/2025).
Bahkan menurut pria yang akrab disapa “Nor” itu menambahkan bahwa masyarakat kota keris hidup berdampingan erat dengan nilai-nilai adat budaya, dan juga masih memegang teguh ajaran dari para guru dan pemuka agama.
“Begitupun dengan kami masyakat yang hidup dengan adat dan budaya, kami akan berpegang pada kaidah-kaidah guru langgar (guru ngaji) yang tertanam pada kami sejak lepas dari balita.” Pungkasnya.
(Red/Bhr).