ylliX - Online Advertising Network

Catatan Arka: Ngopi, Game, dan Kepala yang Penuh

Foto: Setiap orang memiliki kebiasaan mencatat pada ragam media. Ada yang melalui buku harian, handphone hingga laptop.

Haruskah Cari Orang Dalam?

Seharian ini aku tidak melakukan apa-apa. Duduk di warkop dari pagi sampai sore. Satu gelas kopi hitam yang dingin sejak jam sebelas, dan game mobile yang aku mainkan bukan untuk hiburan, tapi untuk pelarian. Pelarian dari kenyataan bahwa sekali lagi, aku belum berhasil.

Dari luar, aku kelihatan santai. Seolah hidupku baik-baik saja. Tapi di dalam kepala, perang terus berlangsung. Perang antara harapan dan kenyataan, antara semangat yang dulu pernah menyala dengan kenyataan hari ini yang hambar dan penuh tanda tanya.

Sudah berapa kali aku mencoba? Terlalu sering untuk dihitung. Dulu aku pernah menjual makanan ringan secara online, hanya untuk ditinggal pelanggan yang minta COD lalu tak muncul. Aku pernah jadi dropshipper, ikut seminar digital marketing, bahkan rela begadang bikin konten promosi yang akhirnya cuma dapat satu-dua likes. Aku pernah juga buka jasa desain, tapi lebih banyak teman yang minta gratisan daripada yang benar-benar bayar.

Baca Juga:  Virly Virginia Sosok Perempuan Produksi Film Dewasa di Jaksel, Ukuran 162 Cm

Lalu aku mencoba kerja kantoran. Kirim CV ke puluhan perusahaan. Beberapa membalas, tapi berhenti di tahap wawancara. Sisanya sunyi. Seolah dunia ini terlalu sempit untuk menerima orang sepertiku yang serba tanggung: tidak terlalu pintar, tidak terlalu konek, dan tidak punya ‘orang dalam’.

Baca Juga:  Ketika Kopiku Jadi Teh Part III

Hari ini aku tidak bekerja. Tidak juga melamar kerja. Tidak mencoba usaha baru. Tidak menulis ide-ide segar seperti biasanya. Aku hanya duduk, minum kopi, dan menatap layar. Tapi bukan berarti aku tidak berpikir. Justru pikiranku bekerja lebih keras dari biasanya.

Aku memikirkan ulang semua langkah. Apa yang salah? Apa aku kurang usaha? Apa aku terlalu cepat menyerah? Atau memang hidup sedang ingin mengajarkanku sabar dengan cara yang lebih brutal?

Kadang aku iri pada mereka yang bisa bilang, “Usaha nggak akan mengkhianati hasil.” Aku tahu maksud kalimat itu baik. Tapi bagaimana kalau usahamu berkali-kali berakhir di tempat yang sama—warkop yang sama, kopi yang sama, dan hati yang semakin penuh luka?

Baca Juga:  Cerita Sarkas: Petualangan Absurd di Kafe Sarcasmia

Tapi anehnya, meski semua ini melelahkan, aku belum menyerah sepenuhnya. Masih ada satu ruang kecil dalam hati yang percaya: besok mungkin akan berbeda. Besok mungkin aku akan bangkit. Mungkin bukan dengan cara besar, tapi cukup untuk melangkah sedikit dari tempat duduk ini.

Untuk hari ini, biarkan aku rehat. Biarkan aku gagal. Biarkan aku mengakui bahwa tidak semua hari harus produktif. Kadang, duduk diam dan jujur pada diri sendiri juga bagian dari perjuangan.

Bersambung.