ylliX - Online Advertising Network

Asmaraloka Dosen Cantik UNTAG Surabaya: Apakah cinta dianggap terlalu berlebihan atau diremehkan? 

Foto: Rizkya Dwijayanti, S.IP., M.IP., dosen Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. (Nataindonesia.com)

Nataindonesia.com • Surabaya – Rizkya Dwijayanti, S.IP., M.IP., dosen Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, terus menunjukkan komitmennya dalam misi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kegiatan pengabdian yang berkolaborasi dengan Yayasan Pondok Kasih dan Forum Lintas Agama, yakni Forum Beda Tapi Mesra, Selasa, 19 Februari 2025.

Sebagai Dosen Administrasi Publik Untag Surabaya dan Ketua Rampak Sarinah Jawa Timur, Rizkya menunjukkan dedikasinya sebagai pendidik melalui aktivitas komunikasi antar generasi dan dialog lintas agama. Tujuan utamanya adalah mengubah pola pikir generasi muda Indonesia untuk berpikir logis dan bijak dalam mengambil keputusan sehari-hari, termasuk dalam hal konsep cinta.

Kegiatan ini dilaksanakan setelah perayaan Hari Valentine yang identik dengan ekspresi cinta kasih dan dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Rizkya mengamati bahwa banyak generasi muda menganggap cinta sebagai perasaan yang berlebihan terhadap pasangan, baik yang sudah menikah maupun yang belum. Akibatnya, banyak generasi muda terlibat dalam tindakan penyalahgunaan perasaan cinta seperti fenomena friends with benefits, hubungan toksik, cinta yang ditolak hingga mengakibatkan tindakan ekstrem, serta isu kesehatan mental karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Baca Juga:  Pendaftaran Olimpiade Matematika se-Madura 2024 Tersedian Online dan Offline, ini Syaratnya

Rizkya menekankan bahwa cinta adalah kesadaran, bukan sekadar pemahaman. “Kenali diri Anda, renungkan apa yang ingin Anda capai dalam hidup ini, dan tumbuhkan kesadaran serta komitmen atas jalan logis yang sudah Anda pilih,” ujarnya.

Baca Juga:  Eco Green: Konsep dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Menurut Rizkya, tanpa kesadaran, cinta hanya akan menjadi pemahaman tanpa komitmen untuk berjuang bersama dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Cinta untuk negara, rasa patriotik sebagai warga negara, dan empati sosial terhadap masyarakat serta lingkungan tempat tinggal seringkali terabaikan.

Syuhada Endrayono, SH, Ketua Umum Forum Beda Tapi Mesra, menambahkan bahwa esensi cinta sangat penting untuk menjaga keragaman budaya Indonesia, keharmonisan antar umat beragama, serta perdamaian dunia di tengah konflik yang terus berlangsung di Eropa dan Timur Tengah. Indonesia harus memberikan teladan yang baik sebagai negara yang multikultur dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Melalui kegiatan kolaborasi yang melibatkan akademisi dan pemuka agama, diharapkan dapat membuka wawasan dan mengubah pola pikir generasi muda tentang konsep cinta dari sudut pandang agama-agama yang ada di Indonesia. Dialog antar generasi, mulai dari milenial, gen-Z, hingga baby boomer, semakin memperkaya diskusi dengan suasana yang hidup, syahdu, dan penuh warna.

Baca Juga:  Ragam Penerbit Buku, Penulis Pemula Wajib Tahu

Syuhada Endrayono berharap seminar dan dialog semacam ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar semakin banyak generasi muda yang teredukasi dan memiliki cara berpikir yang logis dengan kesadaran dan pikiran bijak. Hal ini penting untuk melawan stigma generasi strawberry dan kekhawatiran Indonesia akibat pemahaman yang salah tentang konsep cinta yang kian marak di tengah masyarakat.

(Red/Bhr).