Nataindonesia.com. Jakarta – Indonesia berambisi menjadi pemain utama ekonomi hijau di tataran global. Sektor industri Indonesia ditargetkan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, satu dekade lebih cepat dari target nasional.
Transformasi ekonomi hijau di Indonesia didukung oleh kemitraan strategis dengan berbagai organisasi internasional, termasuk World Resources Institute (WRI) dan Institute for Essential Services Reform (IESR). WRI telah menyusun peta jalan de-karbonisasi, sementara IESR berfokus pada peningkatan daya saing industri dalam memenuhi standar keberlanjutan global.
“Dekarbonisasi industri bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin regional dalam industri rendah karbon,” ungkap Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, dikutip Rabu (01/15).
Di lain sisi, Indonesia telah menyusun dan sekaligus menjadikan sejumlah program andalan untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi hijau global.
Pertama, Indonesia Melalui Kemenperin membuat peta jalan de-karbonisasi untuk sembilan subsektor industri prioritas. Inisiatif ini mencakup pengurangan emisi GRK melalui inovasi teknologi, efisiensi energi, dan penggunaan energi terbarukan.
Kedua, membuat Standar Industri Hijau (SIH), di mana hingga akhir 2024, sebanyak 146 perusahaan industri telah tersertifikasi Standar Industri Hijau, dengan tambahan 25 standar baru yang kini total mencapai 62 standar SIH. Sertifikasi ini menjadi tonggak penting dalam memastikan komitmen industri terhadap keberlanjutan.
Ketiga, Green Industry Service Company (GISCO). -Sebuah kerangka kerja strategis yang diluncurkan untuk mempercepat transformasi industri menuju keberlanjutan melalui integrasi pendanaan, teknologi, dan layanan pendukung lainnya.
Keempat, meluncurkan Sistem Elektronik Layanan Sertifikasi Industri Hijau (SELASIH) sebagai bagian dari platform digital yang mendukung sertifikasi industri hijau dan transparansi dalam pelaporan emisi.
Kelima, mengembangkan Ekonomi Sirkular. Program ini telah membuahkan lima perusahaan industri yang berhasil menerima piagam apresiasi atas implementasi ekonomi sirkular. Langkah ini menjadi bagian penting dalam mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya.
Dengan program andalan tersebut, hingga akhir 2024, Indonesia berhasil meraih pencapaian di antaranya;
Pengurangan Emisi GRK: Indonesia berhasil mengurangi 6,92 juta ton CO2eq dari sektor industri, melampaui target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030.
Efisiensi Biaya: Efisiensi biaya industri hijau meningkat menjadi 7,31%, naik dari 6,71% pada tahun sebelumnya.
Partisipasi Industri: Lebih dari 1000 peserta dari berbagai latar belakang mengikuti AIGIS 2024, menunjukkan antusiasme tinggi terhadap transformasi hijau.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza menjelaskan, transformasi industri hijau Indonesia tidak hanya menargetkan pengurangan emisi tetapi juga ingin meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Dengan langkah-langkah strategis yang terus diperkuat, Indonesia bersiap menjadi pemain utama dalam ekonomi rendah karbon.
“Ini bukan hanya tentang de-karbonisasi, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” ungkap Faisol Riza.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian (Kemenprin) juga bakal segera menggelar Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) ke-2 tahun 2025 mendatang. Ini merupakan satu bagian dari komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Acara utama AIGIS 2025 sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 20-22 Agustus 2025 dan ditargetkan bisa meneruskan kesuksesan penyelenggaraan AIGIS 2024 (September 2024) yang berhasil menghimpun lebih dari 1.000 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, mitra pembangunan, organisasi internasional, industri, hingga pakar dan akademisi, secara daring maupun luring.
Langkah Kemenperin itu tidak lepas dari fakta bahwa sektor industri merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi, yang punya peran strategis dalam mendukung komitmen nasional untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Sektor industri di Indonesia juga memiliki target yang lebih ambisius, yaitu mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, satu dekade lebih cepat dari target nasional.
Untuk mewujudkan target tersebut, Kemenperin merintis berbagai upaya seperti menyusun peta jalan de-karbonisasi untuk Subsektor Industri Prioritas. Selanjutnya, menyiapkan kebijakan pengurangan emisi industri, mekanisme pertukaran emisi GRK, dan nilai ekonomi karbon sektor industri. Kemudian, memperkuat ekosistem industri hijau dan mengembangkan ekonomi sirkular. (Red/BRi)