Nataindonesia.com • Sumenep — Dalam sebuah pernyataan yang mengguncang nurani dan menggugat logika kebijakan agraria lokal, Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Sumenep melontarkan kritik tajam terhadap kondisi agraria dan pangan di Kabupaten Sumenep. Ketua GMNI Sumenep Roni Ardiyanto menegaskan bahwa mimpi tentang kedaulatan pangan hanyalah ilusi jika tidak dibarengi dengan pelaksanaan reforma agraria yang sejati dan berpihak pada rakyat.
“Ketimpangan penguasaan tanah bukan sekadar statistik, tapi luka sosial yang terus menganga,” tegas Roni Ardiyanto.
Mereka menyoroti bagaimana alih fungsi lahan produktif menjadi proyek investasi yang rakus lahan, serta lemahnya perlindungan terhadap petani lokal, telah menjadi akar dari krisis pangan yang tak kunjung usai.
“Reforma agraria bukan sekadar bagi-bagi tanah. Ini soal mengembalikan hak rakyat atas sumber daya agraria yang selama ini dirampas oleh kepentingan modal,” ujar Roni dengan nada geram.
GMNI Sumenep mengungkap sejumlah ironi yang terjadi di lapangan:
– Lahan pertanian terus menyusut demi kepentingan investasi yang tidak berpihak pada rakyat.
– Petani kesulitan mengakses pupuk dan teknologi, sementara korporasi besar mendapat karpet merah.
– Regulasi perlindungan terhadap petani kecil nyaris tak bertaring.
“Kedaulatan pangan bukan hanya soal swasembada beras. Ini soal siapa yang punya tanah, siapa yang menanam, dan siapa yang menikmati hasilnya. Tanpa reforma agraria sejati, kita hanya akan menjadi penonton di tanah sendiri,” tegas GMNI Sumenep.
Sebagai organisasi yang berpijak pada ideologi Marhaenisme, GMNI Sumenep menegaskan komitmennya untuk terus mengawal isu agraria dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil, khususnya petani. Mereka menyebut perjuangan ini sebagai bagian dari jalan panjang menuju Indonesia yang:
– Berdaulat secara politik,
– Berdikari secara ekonomi,
– Berkepribadian dalam kebudayaan.
Tulisan ini bukan sekadar seruan, tapi tamparan keras bagi para pemangku kebijakan yang selama ini abai terhadap nasib petani. GMNI Sumenep menuntut agar reforma agraria tidak lagi menjadi jargon kosong, melainkan gerakan nyata yang mengubah struktur kepemilikan tanah dan mengembalikan martabat petani sebagai penjaga peradaban pangan bangsa.
(Red/Bhr).