Sinyal Pilpres tidak Sehat, Islah Bahrawi: Kami Dipermalukan oleh Simbol Demokrasi

Nata Indonesia – Beredar isu pemasangan baliho Prabowo-Gibran yang dikomandoi langaung oleh pihak Polri. Hal ini dinialai sebagai sinyal Pilpres yang tidak sehat, alhasil menimbulkan banyak reaksi kalangan aktivisi dan pengamat demokrasi.

Salah satu yang bersuara lantang adalah Islah Bahrowi dalam cuitan di X (dulu twitter). Cuitannya tersebut syarat akan kekecewaan yang mendalam akan tonggak demokrasi yang dinilai mulai luntur.

Berikut tulisan kritik lengkap Islah Bahrowi:

Kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang kita lawan adalah para “Panitia”. Hanya masa depan yg akan mencatat; telah terjadi pembuntungan demokrasi dari seorang presiden yg memaksakan anaknya jadi penguasa berikutnya.

Sejarah kekuasaan pernah mencatat. Seorang ahli ibadah seperti Muawiyah pun terpaksa membunuh cucu kesayangan Nabi demi kekuasaan. Syahdan, demi menjadikan Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah berikutnya, Muawiyah berubah menjadi pemimpin yang brutal.

Soal moral memang tidak tergantung oleh sistem politiknya, tapi ditentukan “segila” apakah seseorang untuk terus mencengkeram kekuasaan. Nafsu kekuasaan seorang Jokowi ternyata membuat hambar kami semua yang selama ini menyuarakan tegaknya reformasi dan demokrasi Pancasila.

Percuma selama ini kita melawan gerakan “Daulah Khilafah” jika Jokowi yang menjadi produk demokrasi ternyata berkelakuan sama seperti Khalifah. Kami telah dikhianati tanpa malu-malu.

Maka mulai detik ini kami akan berhenti berkeliling ke setiap pelosok untuk membangun kesadaran masyarakat tentang demokrasi. Kami telah dipermalukan oleh simbol demokrasi sendiri.

Simbol demokarasi yang disinggung Islah tidak lain adalah Presiden Jokowi yang diusung mengalahkan para pengasong khilafah pada Pilpres 2019. (red)