Puncak Kesucian Cinta Maria Jalan ke Surga

Kisah puncak kesucian cinta maria dalam ayat-ayat cinta
Ilustrasi sosok Maria denga gambar wanita bedoa. (nataindonesia.com/pexels)

Maria, Gadis Koptik Mesir yang cerdas, pandai, taat agamanya, berbakti kepada orang tua, cantik dan lembut dalam betutur sapa. Ia gadis yang cukup aneh dalam pandangan Fahri, karena Maria merupakan kristiani yang sangat taat mengkaji Injil namun juga sangat mengagumi Al-Quran.

“Saya juga hafal surah Maryam kok Fahri, mau dengar?” ucap Maria kepada Fahri ketika mereka dalam perjalanan menaiki kereta menuju flat (kontrakan) masing-masing.

Maria tanpa basa-basi lagi langsung melantunkan Surah Maryam yang ia hafal. Fahri hanya tertegun melihat sambil menyimak ayat-ayat Quran yang dibaca Maria. Meski bacaan Maria tidak sefasih qoriah, namun hal itu sudah sangat luar biasa.

Maria bukan muslimah yang sejak kecil diajari baca Quran. Pantas saja jika bacaannya masih jauh dari kaidah Tajwid (Ilmu yang mempelajari pelafalan quran dengan benar).

Baca Juga:  MUI Deklarasikan 7 Poin Tayangan Mendidik selama Ramadhan

Maria bukan sekedar hafal, ia juga dapat memahami kandungan surah Maryam dan menerjamhkannya. Benar-benar gadis aneh -dalam benak Fahri-

Mata Fahri beberapa saat tidak bisa berkedip. Gadis yang didepannya itu benar-benar cantik dan sangat cerdas! Senyumnya tipis-manis, suaranya lembut, rambutnya agak pirang, tergerai halus seperti helaian sutera, pipinya sedikit berlesung, aduhai… sungguh indah cipataan Tuhan.

Kecantikan paras Maria seakan menyempurkan pribadinya, ia sangat penuh cinta-kasih kepada sesama, penuh toleransi pada agama lain dan yang pasti memiliki empati kemanusiaan tinggi.

Maria juga suka menulis catatan dalam buku harian, ia kerap menulis syair-syair hatinya, dituangkan dengan tinta sungai Nil. Sungai terpanjang yang mencatat banyak sejarah. Bahkan Kata Maria, jika tidak ada sungai Nil mungkin tidak akan ada peradaban Mesir!

Baca Juga:  Deretan Bisnis Raffi Ahmad yang Ditutup, Kenapa ya?

Mawar Hati Maria Merekah Indah

Maria Kirgiz, itu nama lengkapnya. Nama belakang Maria merupakan nama ayahnya dari keluarga Kristen Koptik Mesir. Mereka sekeluarga memeluk agamanya dengan sangat taat. Ibu maria merupakan seorang dokter, juga sangat baik kepada orang lain.

Maria dan Fahri tinggal di sebuah Flat yang sama. Mereka merupakan tetangga dekat. Maria sering membantu Fahri dan teman-temannya. Maria menaruh perhatian lebih kepada Fahri.

Suatu ketika, Ibu Maria melihat anaknya gelisah sekaligus menyiratkan senyum syahdu, menggambarkan semburat suasan hatinya. Ibu Maria mendekati anaknya yang tengah duduk di dekat jendela kamarnya yang terbuka. Kala itu bulan tengah bersinar lembut menerpa wajah cantik Maria.

Baca Juga:  Yayasan Nurul Islam Akan Gelar Lomba Semarak Muharram dan Kemerdekaan 17 Agustus 

Ibu Maria kemudian memeluk anaknya dan berkata, “Kenapa akhir-akhir ini kamu seperti sering murung,”

“Tidak Mama,” jawa Maria.

“Seorang ibu pasti tahu apa yang tengah dirasakan anaknya, kamu tidak bisa menyembunyikan itu,” timpal ibunya sambil memeluk Maria. Sementara Maria hanya diam memeluk buku hariannya.

Kemudian Ibunya kembali melanjutkan perkataannya, “Hatimu gelisah karena orang Indonesia itu, Fahri,” katanya sambil mencium ubun-ubun anaknya dan segera keluar dari kamar Maria.

Maria hanya tersenyum mendengar perkataan Ibunya tersebut. Kembang semakin mekar di hati Maria, bunga-bunga menyemerbak harum ke seluruh penjuru jiwanya.