Prabowo Subianto: Lebih Pro Rusia Ketimbang Amerika?

Kedekatan Vladimir Putin (Presiden Russia) dengan Prabowo Subianto (Presiden Indonesia) memunculkan spekulasi dunia. (Dok: Istimewa)

Nataindonesia.comPrabowo Subianto, Presiden Indonesia yang baru dilantik pada Oktober 2024, telah menarik perhatian internasional dengan kebijakan luar negerinya yang tampak lebih condong ke Rusia dibandingkan Amerika Serikat. Beberapa langkah dan pernyataan Prabowo menunjukkan kedekatan yang semakin erat dengan Rusia, yang memicu berbagai spekulasi dan reaksi dari berbagai pihak.

Kedekatan dengan Rusia

Salah satu indikasi kuat dari kedekatan Prabowo dengan Rusia adalah kunjungannya ke Moskow segera setelah dilantik. Dalam kunjungan tersebut, Prabowo menekankan pentingnya memperdalam hubungan bilateral di bidang pertahanan, energi nuklir, dan pendidikan. Selain itu, latihan militer bersama antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Rusia di perairan Laut Jawa juga menjadi sorotan. Latihan ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia mungkin lebih condong ke Rusia dalam hal kerjasama militer.

Bergabung dengan BRICS

Langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) juga memperkuat pandangan bahwa Prabowo lebih pro Rusia. BRICS merupakan blok ekonomi yang semakin berpengaruh di dunia, dan keanggotaan Indonesia di dalamnya membuka peluang baru untuk kerjasama ekonomi yang lebih luas. Namun, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat politik di Amerika Serikat, yang melihatnya sebagai potensi pergeseran pengaruh di kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga:  PDI Perjuangan Sumenep Raih Kursi Terbanyak, Serdadu: Harapan Wong Cilik Sejahtera

Reaksi Amerika Serikat

Kedekatan Prabowo dengan Rusia tidak luput dari perhatian Amerika Serikat. Beberapa pengamat politik di AS menganggap bahwa hubungan yang semakin erat antara Indonesia dan Rusia bisa berdampak pada posisi strategis Amerika di kawasan Asia Tenggara. Meskipun Prabowo menegaskan bahwa Indonesia menjalin hubungan baik dengan semua negara, tindakan-tindakannya tetap dianggap sebagai sinyal bahwa Indonesia mungkin lebih condong ke Rusia.

Kebijakan luar negeri Prabowo Subianto yang tampak lebih pro Rusia dibandingkan Amerika Serikat mencerminkan dinamika geopolitik yang kompleks. Langkah-langkahnya dalam mempererat hubungan dengan Rusia dan bergabung dengan BRICS menunjukkan arah baru dalam diplomasi Indonesia. Namun, bagaimana hal ini akan mempengaruhi posisi Indonesia di kancah internasional dan hubungannya dengan Amerika Serikat masih perlu dilihat lebih lanjut.

Baca Juga:  Didemo Aktivis, Usai Dilantik Pimpinan DPRD Sumenep Tidak Ngantor

Prabowo Subianto: Tidak Lagi Pro Barat?

Meskipun sebelumnya dikenal memiliki hubungan baik dengan negara-negara Barat, beberapa tindakan dan pernyataan terbaru Prabowo menunjukkan bahwa ia mungkin tidak lagi sepro Barat seperti dulu.

Sikap Terhadap Barat

Dalam beberapa kesempatan, Prabowo menegaskan bahwa dirinya tidak anti-Barat. Ia menyatakan bahwa ia menghargai budaya dan teknologi Barat, bahkan menyukai makanan seperti Burger King. Namun, Prabowo juga mengkritik ketergantungan Indonesia pada negara-negara Barat, terutama dalam hal ekonomi dan pertanian. Ia menekankan bahwa Indonesia harus mandiri dan tidak terlalu bergantung pada bantuan dari negara-negara Barat, seperti Dana Moneter Internasional (IMF) atau Bank Dunia.

Kebijakan Ekonomi Mandiri

Salah satu langkah konkret yang diambil Prabowo adalah fokus pada ketahanan pangan dan pembangunan lumbung pangan atau food estate. Ia percaya bahwa Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tanpa harus bergantung pada impor dari negara lain. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat dan memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia.

Baca Juga:  Minta Mandat Rakyat Sebelum Prabowo-Gibran Masuk ke KPU

Hubungan dengan Negara Lain 

Selain itu, Prabowo juga menunjukkan minat yang lebih besar untuk mempererat hubungan dengan negara-negara non-Barat, seperti Rusia dan China. Langkah ini terlihat dari kunjungan-kunjungan diplomatik dan kerjasama di berbagai bidang, termasuk pertahanan dan energi. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa Prabowo mungkin lebih condong ke arah Timur dalam kebijakan luar negerinya.

Meskipun Prabowo Subianto menegaskan bahwa dirinya tidak anti-Barat, beberapa kebijakan dan pernyataannya menunjukkan bahwa ia mungkin tidak lagi sepro Barat seperti sebelumnya. Fokus pada kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan, serta upaya mempererat hubungan dengan negara-negara non-Barat, mencerminkan perubahan arah dalam kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinannya

Penulis: R. Baharuddin NR